PAKAN ALAMI CUPANG
Pakan alami adalah organisme hidup baik tumbuhan ataupun
hewan yang dapat dikonsumsi oleh ikan. Pakan alami biasanya adalah organisme
yang menghuni perairan seperti rawa, kolam, sungai situ, danau dan lain lain.
Pakan alami makin banyak jenisnya mulai dari plankton, hewan kecil, serangga,
larva serangga, larva ikan dan lain lain. Pakan alami bisa di dapat dengan
jalan budidaya maupun mengangkap di alam. Hasil tangkapan pakan alami dari alam
sangat bergantung dengan musim dan kualitasnya sangat beragam. Karena itulah
pakan alami perlu di Budidayakan.
Pakan alami sangat dibutuhkan dunia pembenihan karena pakan
alami dapat bergerak aktif dan sehingga mengundang Burayak Cupang untuk
memakannya. Pada Burayak, setelah kuning telur habis perlu diberikan tambahan
pakan supaya Burayak tetap mendapat asupan nutrisi. Masalah yang dihadapi
adalah Bayi-bayi tersebut belum biasa mendapatkan pakan dan bukaan mulut
Burayak masih sangat kecil. Gerakan yang dibuat pakan alami (contohnya :
infusoria, Daphnia dan Artemia) akan merangsang larva memakannya dan ukurannya
yang kecil cocok dengan bukaan mulut Burayak Cupang.
MOINA
Di kalangan petani Moina dikenal dengan nama “kutu air”.
Jenis kutu ini mempunyai bentuk tubuh agak bulat, bergaris tengah antara 0,9 –
1,8 mm dan berwarna kemerahan.
Perkembangbiakan Moina dapat dilakukan melalui dua cara,
yaitu secara asexual atau parthenogenesis (melakukan penetasan telur tanpa
dibuahi) dan secara sexual (melakukan penetasan telur dengan melakukan
perkawinan/pembuahan terlebih dahulu).
Pada kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu
betina menghasilkan telur istirahat atau ephipium yang akan segera menetas pada
saat kondisi perairan sudah baik kembali.
Moina mulai menghasilkan anak setelah berumur empat hari
dengan jumlah anak selama hidup sekitar 211 ekor. Setiap kali beranak rata-rata
berselang 1,25 hari, dengan rata-rata jumlah anak sekali keluar 32 ekor/hari,
sedangkan umur hidup Moina adalah sekitar 13 hari.
Moina biasa hidup pada perairan yang tercemar bahan organik,
seperti pada kolam dan rawa. Pada perairan yang banyak terdapat kayu busuk dan
kotoran hewan, Moina akan tumbuh dengan baik pada perairan yang mempunyai
kisaran suhu antara 14-30 ° C dan pH antara 6,5 – 9.
jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan Moina adalah
bakteri. Untuk menangkap mangsa, Moina akan menggerakan alat tambahan pada
bagian mulut, yang menyebabkan makanan terbawa bersama aliran air ke dalam
mulut.
DAPHNIA
Daphnia mempunyai bentuk tubuh lonjong, pipih dan
beruas-ruas yang tidak terlihat. Pada kepala bagian bawah terdapat moncong yang
bulat dan tumbuh lima pasang alat tambahan. Alat tambahan pertama disebut
Antennula, sedangkan yang ke dua disebut antena yang mempunyai fungsi pokok
sebagai alat gerak. Tiga lainnya merupakan alat tambahan pada bagian mulut.
Perkembangbiakan Daphnia yaitu secara asexual atau
parthenogenesis dan secara sexual atau kawin. Perkembangbiakan secara
parthenogenesis sering terjadi, dengan menghasilkan individu muda betina. Telur
dierami di dalam kantong pengeraman hingga menetas. Anak Daphnia dikeluarkan
pada saat pergantian kulit. Pada kondisi perairan yang baik, disamping individu
betina dihasilkan pula individu jantan. Pada saat kondisi perairan yang tidak
menguntungkan, individu betina menghasilkan 1 -2 telur istirahat atau epiphium
yang akan menetas saat kondisi perairan baik kembali.
Daphnia mulai berkembang biak pada umur lima hari, dan
selanjutnya setiap selang waktu satu setengah hari akan beranak lagi. Jumlah
setiap kali beranak rata-rata sebanyak 39 ekor. Umur hidup Daphnia 34 hari,
sehingga selama hidupnya mampu menghasilkan anak kurang lebih 558 ekor.
Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar,
mendiami kolam atau danau. Daphnia dapat tumbuh optimum pada suhu perairan
sekitar 21 °C dan pH antara 6,5 – 8,5. Jenis makanan yang baik untuk
pertumbuhan Daphnia adalah bakteri, fitoplankton dan detritus. Kebiasaan
makannya dengan cara membuat aliran pada media, yaitu dengan menggerakan alat
tambahan yang ada di mulut, sehingga makanan masuk ke dalam mulutnya.
KULTUR MOINA DAN DAPHNIA
A. Bahan-bahan yang diperlukan :
- Bak beton / kolam budidaya ukuran 2 x 3 meter, dengan
ketinggian 1 meter.
- Pupuk organik, yaitu kotoran ayam dan pupuk kompos
(kebutuhan masing-masing 1-1,5
kg/m3 air media)
- Kantong waring untuk tempat pupuk dan tali pengikat.
B. Pelaksanaan :
- Isi bak / kolam budidaya dengan air sampai ketinggian
minimal 70 – 80 cm, untuk menjaga kestabilan suhu media dan menghindarkan Moina
maupun Daphnia dari pengaruh langsung sinar matahari.
- Siapkan pupuk kandang, yaitu kotoran ayam dan pupuk kompos
dengan dosis masing-masing sebanyak 1 kg/m3 untuk budidaya Moina, sedangkan
pada budidaya Daphnia kotoran ayam 1,5 kg/m3 dan kompos 1 kg/m3.
- Masukkan pupuk kandang tersebut ke dalam kantong waring,
ikat dan masukkan ke dalam kolam budidaya.
- Satu hari kemudian masukkan bibit Moina 2 gram/m3 atau
sekitar 3 – 4 ekor/10 ml dan Daphnia sebanyak 5 gram/m3.
C. Pemanenan
- Moina mulai dipanen pada hari ke-7 sampai hari ke-10 dari
pemupukan awal, sedangkan Daphnia pada hari ke-21 dan setelah itu pemanenan
dapat dilakukan setiap hari selama 3 minggu sebanyak 25 gr/m3 .
- Untuk budidaya Moina pemupukan ulang sebanyak 0,2 dosis
dari pemupukan pertama dapat dilakukan pada hari ke-4 setelah pemupukan awal.
Sedangkan pada budidaya Daphnia, pemupukan ulang dilakukan sebanyak 0,5 dosis
seminggu setelah pemupukan awal .
Pada budidaya Moina untuk menjamin penyediaan pakan alami
secara terus menerus diperlukan paling sedikit 3 buah kolam. Pelaksanaan
budidaya kolam ke-2 dimulai pada hari ke empat dari pelaksanaan budidaya kolam
ke-1. Sedangkan budidaya kolam ke-3 dimulai pada hari ke empat setelah
pelaksanaan budidaya kolam ke-2 dimulai. Dengan demikian pemanenan Moina dapat
dilakukan setiap hari secara terus-menerus, mulai hari ke-7 sampai hari ke10,
sebanyak 200 – 400 gr/m3 air.
Untuk mendapatkan Daphnia setiap hari diperlukan 2 buah
kolam. Pelaksanaan budidaya kolam ke-2 dilakukan pada hari ke-20 setelah
pelaksanaan budidaya pada kolam ke-1. Pemanenan Daphnia dapat dilakukan setiap
hari mulai hari ke-21 selama tiga minggu, dengan jumlah 25 gr/m3/hari.
Picture
Picture
Picture
INFUSORIA
Infusoria adalah nama untuk berbagai jenis binatang bersel
tunggal yang termasuk golongan protozoa. Infusoria berukuran antara 40-100
mikron. Ukuran ini sesuai dengan ukuran mulut larva ikan, sehingga banyak di
budidayakan untuk digunakan sebagai pakan.
Berdasarkan alat geraknya, infusoria dibedakan menjadi 2
yaitu ciliata dan flagellata. Ciliata adalah infusoria yang bergerak
menggunakan rambut getar (cilia). Yang termasuk ciliata adalah Paramaecium
caudatum, Didinium narutum, Calpodium capulum,dll. Flagellata adalah infusoria
yang bergerak dengan menggunakan bulu cambuk (flagel). Yang termasuk flagellata
adalah Euglena viridis, Pandorina sp, Chilomonas sp, dll.
Infusoria sebagian besar hidup di air tawar terutama dimana
terjadi proses pembusukan. Makanannya adalah bakteri dan protozoa lain yang
lebih kecil misal ganggang renik dan ragi.
Infusoria berkembangbiak dengan cara membelah diri dan
dengan cara konjugasi. Infusoria tidak menyukai sinar matahari sehingga banyak
terdapat di perairan yang teduh dan ditumbuhi tumbuhuhan air.
KULTUR INFUSORIA
A. Bahan-bahan yang diperlukan, antara lain :
- Bak/ember plastik ukuran 15 liter (jumlah Ember/ bak
tergantung keperluan)
- Media budidaya terdiri dari kulit Pepaya matang, daun
Kol/Selada atau pelepah pisang (gunakan salah satu media).
- Kain kasa untuk pembungkus sayuran dan tutup ember.
- Air kolam atau empang sebagai sumber bibit Infusoria
B. Pelaksanaan :
- Isi bak/ember dengan air sampai sekitar 10 liter
- Masukkan salah satu bahan (kulit Pepaya matang, daun Kol
atau pelepah pisang) kedalam ember sebanyak 250 – 300 gram yang telah dibungkus
kain kasa dan diikat.
- Tambahkan sekitar 2 – 3 gayung (1 – 2 liter) air
empang/kolam, untuk memasukkan bibit Infusoria yang akan dibudidayakan
- Letakkan ember/bak plastik yang telah terisi kultur
Infusoria pada tempat terlindung dari panas matahari dan hujan, untuk
menghindari perubahan suhu yang tidak diinginkan.
- Tutup ember media budidaya dengan kain kasa untuk
menghindari jentik nyamuk atau hewan lain masuk ke dalamnya.
C. Pemanenan :
- Pada hari ke-3, amati adanya lapisan tipis warna putih
seperti awan di atas permukaan air media yang menandakan Infusoria sudah
berkembang dengan baik (puncak populasi Infusoria biasanya terjadi pada hari
ke-4 dan hari ke-5)
- Ambil lapisan putih tersebut dengan menggunakan mangkuk
atau piring kecil untuk diberikan pada benih ikan.
- Satu siklus budidaya Infusoria (selama 1 minggu) dapat
digunakan untuk makanan benih ikan sampai benih tersebut siap memakan jenis
pakan alami yang lebih besar yaitu Moina dan Daphnia. Biasanya pemberian pakan
alami Infusoria hanya berlangsung selama 2 – 3 hari.
Jenis Infusoria yang berkembang dipengaruhi oleh jenis media
yang digunakan. Setiap media memiliki pH tertentu yang dapat berpengaruh terhadap
kehidupan benih ikan, apabila pemberian Infusoria dilakukan secara berlebihan.
Pada media kulit pepaya jenis Infusoria yang dominan adalah Chlamydomonas sp.
dan Colpoda sp. Sedangkan pada media kol, pelepah pisang dan daun kipahit
adalah Paramaecium sp. dan Euglena sp. Media kulit pepaya dan pelepah pisang
menunjukan pH yang cenderung asam dan ini disukai ikan Neon tetra, sedangkan
pada media kol dan daun kipahit pH cenderung netral. Akan tetapi secara umum
semua jenis media dapat digunakan untuk budidaya Infusoria. Pemberian lnfusoria
ke benih ikan yang baru menetas, temyata dapat meningkatkan derajat kehidupan
benih menjadi 60 – 80%.
DAPHNIA MAGNA
Picture
Menurut Pennak (1989),
klasifikasi Daphnia magna adalah sebagai berikut :
-Filum : Arthropoda
-Subfilum : Crustacea
-Kelas : Branchiopoda
-Subkelas : Diplostraca
-Ordo : Cladocera
-Subordo : Eucladocera
-Famili : Daphnidae
-Subfamili : Daphnoidea
-Genus : Daphnia
-Spesies : Daphnia magna
Picture
KULTUR SI KUTU AIR RAKSASA
Berdasarkan FAO (1996), pada sistem kultur massal Daphnia
sp. dikenal dua sistem khusus :
1. Sistem
Detrital
Sistem ini adalah sistem yang dibuat dari campuran medium
tanah, pupuk kandang, dan air. Pupuk kandang berfungsi sebagai pupuk alami
untuk menginisiasi peningkatan jumlah alga yang merupakan pakan Daphnia sp.
Campuran pupuk kandang berbanding tanah ialah 1kg : 200 gr bagian dilarutkan
dalam air satu liter. Sistem ini memiliki keuntungan karena mudah untuk dirawat
dan Daphnia tidak mudah mengalami defisiensi nutrisi, karena alga yang beragam
dalam jumlah berlimpah. Sistem ini memiliki kelemahan karena tidak cukup
mendukung kondisi standar kebutuhan (tidak terkontrol) Daphnia, sehingga dapat
terjadi kondisi minimnya oksigen yang menyebabkan tingginya tingkat kematian
Daphnia dan rendahnya produksi telur.
2. Sistem Autotrof
Sistem autotrof adalah cara lain dengan menambahkan alga
yang sudah dikultur ke dalam kultur Daphnia. Kultur air hijau (105 to
106sel.ml-1) ditambahkan dari alga yang dikultur secara monokultur ataupun dari
tambak ikan yang memiliki spesies alga yang beragam. Pengontrolan kultur akan
lebih mudah jika alga yang digunakan adalah monokultur, seperti Chlorella,
Chlamydomonas atau Scenedesmus, atau campuran dari dua kultur alga tersebut.
Kelemahan sistem ini adalah tidak mampu mempertahankan kultur Daphnia untuk
generasi yang berlanjut tanpa tambahan vitamin ke dalam kultur Daphnia. Vitamin
tersebut antara lain vitamin B kompleks, kalsium pantotenat, biotin dan
thiamin.
5. Parameter Kualitas Air
5.1 Suhu
Suhu merupakan faktor lingkungan yang penting bagi semua
organisme akuatik. Batas toleransi setiap organisme terhadap suhu berbeda-beda,
tergantung dari fisiologi organisme tersebut. Di perairan suhu berpengaruh
terhadap kelarutan oksigen, yang penting bagi keberlangsungan hidup mayoritas
organisme akuatik. Pada percobaan kali ini suhu dipertahankan pada suhu optimal
pertumbuhanDaphnia sp. yaitu 250C . Suhu optimal yang stabil akan menjaga pH
dan DO dapat tetap stabil (Mokoginta, 2003).
5.2 Nilai pH
Nilai pH atau potential hydrogen merupakan indikator
konsentrasi ion hidrogen yang menggambarkan konsentrasi asam. Nilai ini
berbanding terbalik dengan suhu, semakin tinggi suhu menyebabkan pH semakin
rendah.
Menurut Pennak (1989), pH yang baik untuk pertumbuhan
Daphnia sp. Berkisar antara 6,5 sampai 8,5. Pada umumnya, lingkungan perairan
yang netral dan relatif basa pada kisaran pH 7,1-8,0 lebih baik untuk
pertumbuhan Daphnia sp. (Mokoginta, 2003)
5.3 Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen atau DO)
Menurut Cole (1994), kelarutan suatu gas (termasuk oksigen)
pada medium cair merupakan karakteristik dari gas tersebut sendiri, dan
dipengaruhi oleh tekanan, ketinggian suatu tempat, suhu dan salinitas.
Kelarutan gas di medium cair menurun seiring dengan naiknya suhu dan banyaknya
mineral yang terlarut dalam medium tersebut.( Salmin, 2005)
Oksigen terlarut mempunyai peranan penting dalam kehidupan
Daphnia sp. Pada umumnya, Daphnia sp. dapat hidup pada konsentrasi oksigen
terlarut yang cukup tinggi yaitu sekitar 4,2 – 5,1 ppm dan tidak dapat hidup
pada konsentrasi oksigen terlarut kurang dari 1 ppm (Mokoginta, 2003),
sedangkan menurut Delbaere & Dhert (1996), kadar oksigen terlarut minimum
yang dibutuhkan kultur Daphnia sp.
adalah sekitar 3,5 ppm.
5.4 Amonia
Hewan akuatik umumnya mengekskresikan amonia sebagai hasil
dari proses metabolisme. Terdapat amonia yang tidak terionisasi (NH3) dan
amonia terionisasi atau ion amonium (NH4+). Amonia bersifat toksik bagi larva
ataupun organisme perairan seperti Daphnia sp. karena mampu melewati membran
organ dalam, sedangkan ion amonium tidak dapat melewati membran tersebut
(P.Kungvankij et.al, 1985). Menurut Cole (1994), setiap hari seekor Daphnia
pulex melepaskan 0,2 µg nitrogen.
Kadar amonia di perairan akan meningkat seiring dengan
meningkatnya suhu dan pH. Kadar amonia yang tinggi dapat menurunkan tingkat
reproduksi Daphnia sp. Kadar amonia yang aman bagi kultur Daphnia sp. adalah di
bawah 0,2 mg/L (Delbaere & Dhert, 1996).
Persiapan media berupa bak outdoor menggunakan sumber air
sumur dengan
ketinggian air tidak boleh <0,8 m
1. Pemupukan dari kotoran ayam 1500g/m3 dikemas dalam karung
dan digantung didalam air.
2. Makanannya adalah renik dan detritus
3. Penebaran bibit dilakukan 18-24 jam setelah pemupukan
kepadatan 30 ekr/L.
4. Dilakukan pemupukan lanjutan setelah seminggu sebanyak
setengah dari dosis awal
5. Mencapai puncak pada hari ke 7-10
Picture
PAKAN JENTIK NYAMUK
Jentik (atau jentik-jentik) adalah tahap larva dari nyamuk.
Jentik hidup di air dan memiliki perilaku mendekat atau "menggantung"
pada permukaan air untuk bernapas. Nama "jentik" berasal dari
gerakannya ketika bergerak di air. Ia dikenal pula dalam bahasa lokal sebagai
(en)cuk atau uget-uget (Jw.).
KULTUR JENTIK NYAMUK
Pengulturan larva nyamuk paling mudah dilakukan karena dapat
menggunakan wadah apa pun asalkan dapat menampung air. Untuk mengulturkan larva
nyamuk sejumlah pakan untuk sepuluh ekor ikan cupang membutuhkan wadah
berukuran minimal 50 cm x 50 cm. Media hidup larva nyamuk dapat menggunakan air
limbah dapur bekas mencuci piring yang mengandung nasi atau sampah sisa
sayuran. Namun, air limbah dapur tersebut hendaknya tidak mengandung banyak
sabun dan minyak.
Adapun tahap pengulturan jentik nyamuk dilakukan sebagai
berikut.
-Bersihkan dan saring air limbah dapur dengan serokan dan
masukkan ke dalam wadah pengulturan
-Letakkan wadah pengulturan tersebut di tempat teduh dan
biarkan selama satu minggu hingga terlihat larva nyamuk di dalamnya
-Panen larva nyamuk tersebut dengan serokan kecil
berdiameter 10 cm yang terbuat dari kain perca (kain berlubang halus)
-Buang kepompong nyamuk jika jumlahnya di permukaan air
sudah terlalu banyak.
-Tambahkan air limbah yang baru jika air media terlihat menyusut jumlahnya.
Posting Komentar untuk "Pakan yang tepat untuk ikan cupang"